Minggu, 13 April 2008

Narkoba Alert From Soekarno Hatta Customs...

Peningkatan arus narkotika dan psikotropika yang memasuki wilayah Republik Indonesia semakin memprihatinkan. Setelah kasus akhir bulan Maret 2008 lalu, hari Jumat tanggal 11 April 2008, petugas Kantor Bea dan Cukai Soekarno Hatta kembali menggagalkan upaya penyelundupan psikotropika golongan II jenis shabu di terminal 2D Bandara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng. Bahan terlarang yang sangat berbahaya bagi masyarakat tersebut dikemas dalam bungkusan yang rapi sebanyak 29 (dua puluh sembilan) paket dengan berat total ± 6.913 gram (Enam ribu sembilan ratus tiga belas gram) atau ± 6,913 kg (enam koma sembilan satu tiga kilogram).
Penemuan paket tersebut tidak lepas dari kejelian petugas Bea Cukai Bandara SH yang memonitor kedatangan pesawat China Airlines CI 679 dari Hongkong yang tiba di Jakarta sekitar pukul 20.00 wib. Petugas Bea Cukai mencurigai isi 2 tas tas penumpang yang kebetulan pemiliknya juga sudah ditarget oleh petugas Bea Cukai lainnya untuk diperiksa lebih intensif. Hasil pemeriksaan petugas positip sebagai psikotropika.
Pemilik barang terlarang senilai kurang lebih Rp10 milyar tersebut adalah Kuo Ting Liu (23 thn) dan Huang Yu-Lun (26 thn) keduanya berkebangsaan Taiwan. Kuo Ting Liu dan Huang Yu-Lun diduga telah melanggar Undang-Undang nomor 5 tahun 1997 tentang Psikotropika dengan ancaman pidana kurungan paling lama 10 tahun penjara dan pidana denda paling banyak Rp300 juta. Pihak Bea Cukai langsung berkoordinasi dengan Kepolisian RI dan BNN untuk mengembangkan kasus tersebut.
Di hadapan puluhan wartawan yang menghadiri press release tanggal 12 April 2008 pagi, Dirjen Bea dan Cukai, Anwar Suprijadi menekankan perlunya koordinasi yang lebih terpadu antara pihak-pihak yang berwenang dengan melibatkan masyarakat luas untuk bahu membahu menyelamatkan bangsa dari bahaya pemasukan, peredaran dan penyalahgunaan narkoba. “Jumlah petugas Bea Cukai jelas tidak memadai untuk meng-cover seluruh titik-titik masuk dari luar negeri seperti bandara dan pelabuhan. Dengan kondisi negara kepulauan dan belum terpadunya sistim pengawasan, terbuka beribu peluang bagi penyelundup untuk memasukkan barang-barang terlarang ke Indonesia, termasuk narkotika dan psikotropika,” kata Dirjen BC.
Pernyataan tersebut bukan tanpa alasan. Saat sebagian petugas Bea Cukai, Polri dan BNN masih mengembangkan kasus shabu di sekitar Jakarta Pusat, tanggal 12 April 2008 jam 04.22 pagi diterima berita bahwa di cargo bandara ditemukan paket kiriman berisi 5.000 (lima ribu butir) ekstasi yang akan dikirim ke Jambi. Sebagian petugas kemudian langsung bersiap untuk bergerak ke Jambi , melakukan pengejaran terhadap pihak-pihak yang dicurigai terlibat.
Sampai berita ini diturunkan, petugas Bea Cukai dan BNN bekerjasama dengan Polda Kalimantan Timur juga masih memburu orang-orang yang diduga terkait dengan 2 paket pil leksotan (koplo) seberat 56 (lima puluh enam) kg atau lebih kurang 200.000 butir. Paket tersebut terdeteksi petugas security PT Angkasa Pura II yang memeriksa sebuah paket yang akan dikirim melalui cargo bandara ke Samarinda, Kaltim., yang dikirim melalui paket udara ke Samarinda tanggal 28 Maret 2008 lalu.
Kepala Kantor Bea Cukai Bandara SH, Rahmat Subagio dalam kesempatan press release meminta petugas Bea Cukai khususnya yang terkait langsung dengan fisik barang di bandara ataupun pelabuhan untuk terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali fisik barang terlarang maupun modus-modus yang sering digunakan untuk mengelabui petugas. ”Melihat semakin meningkatnya pemasukan maupun peredaran narkotika dan psikotropika di masyarakat, tidak berlebihan kiranya bila para orang tua diminta untuk semakin menjaga keharmonisan komunikasi dan meningkatkan takwa agar seluruh anggota keluarga dapat terhindar dari pengaruh buruk narkoba,” kata Rahmat Subagio menutup press release sambil memberikan ucapan selamat kepada anggota-anggotanya yang berprestasi (Red).
Gambar Terkait:

1 komentar:

BrongkolRaya mengatakan...

Bagus lah, kalo customs kerja baik tentu negeri ini lebih aman. Kritiknya: kerja dg tegas tapi tetap senyum & ramah biar penumpang jadi nyaman.. jangan njeketut terus dong.